Andra tumbuh bukan dengan mainan atau sekolah, melainkan dengan doa yang tak henti dipanjatkan oleh kakek-neneknya: semoga ada keajaiban untuk cucu kecil mereka yang sejak lama hanya bisa menatap dunia dari atas kasurnya.
Dek andra, Kepala cacat Permanen dan terbaring dikasur
Asar Humanity Sumbar
Sumatera Barat|
Dibuat
23 Oct 2025
Donasi Terkumpul
RP. 100,532 dari RP. 50,000,000 0%4 Dermawan
31 Hari
Di usianya yang kini 9 tahun, Muhammad Andra seharusnya bisa berlari riang di halaman, bermain bersama teman sebaya, dan menuliskan cita-citanya di buku sekolah. Namun, hidup berkata lain. Tubuh mungilnya berhenti berkembang, hanya kepalanya yang terus membesar sejak sebuah peristiwa tragis merenggut masa kecilnya.

Saat masih berumur 7 bulan, Andra mengalami kecelakaan bersama ibunya. Sang ibu berpulang dalam kejadian itu, sementara Andra selamat dengan luka yang meninggalkan jejak seumur hidup. Dokter sempat menyarankan operasi, tapi karena usianya yang masih terlalu kecil dan kepalanya yang masih lunak, keluarganya tak berani mengambil risiko. Sejak saat itu, rumah sakit menjadi tempat terakhir yang pernah didatangi Andra.

Kini, kepala Andra telah mengeras dan permanen. Ia hanya bisa terbaring di kasur sederhana, dengan kaki yang lumpuh, tubuh kaku, dan tanpa kata yang bisa diucapkan. Hanya tangisan yang keluar dari mulut andra, pertanda bahwa ia sedang pipis atau BAB.
Dunia Andra hanya sebatas atap rumah dan kasih sayang kakek-neneknya, yang setia merawatnya setiap hari.
Ayahnya pergi, meninggalkannya sejak lama. Tak ada pelukan seorang ayah yang bisa ia kenal. Yang ada hanya tangan renta kakek-neneknya, yang dengan sabar membersihkan tubuhnya, memberi makan, dan menenangkan tangisnya. Mereka hidup dari hasil bertani sekadarnya, namun tak pernah berhenti mencurahkan cinta untuk cucu yang kini jadi pusat hidup mereka.

Andra tumbuh bukan dengan mainan atau sekolah, melainkan dengan doa yang tak henti dipanjatkan oleh kakek-neneknya: semoga ada keajaiban untuk cucu kecil mereka yang sejak lama hanya bisa menatap dunia dari atas kasurnya.
# dana yang terkumpul akan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari andra dan kakek neneknya

Saat masih berumur 7 bulan, Andra mengalami kecelakaan bersama ibunya. Sang ibu berpulang dalam kejadian itu, sementara Andra selamat dengan luka yang meninggalkan jejak seumur hidup. Dokter sempat menyarankan operasi, tapi karena usianya yang masih terlalu kecil dan kepalanya yang masih lunak, keluarganya tak berani mengambil risiko. Sejak saat itu, rumah sakit menjadi tempat terakhir yang pernah didatangi Andra.

Kini, kepala Andra telah mengeras dan permanen. Ia hanya bisa terbaring di kasur sederhana, dengan kaki yang lumpuh, tubuh kaku, dan tanpa kata yang bisa diucapkan. Hanya tangisan yang keluar dari mulut andra, pertanda bahwa ia sedang pipis atau BAB.
Dunia Andra hanya sebatas atap rumah dan kasih sayang kakek-neneknya, yang setia merawatnya setiap hari.
Ayahnya pergi, meninggalkannya sejak lama. Tak ada pelukan seorang ayah yang bisa ia kenal. Yang ada hanya tangan renta kakek-neneknya, yang dengan sabar membersihkan tubuhnya, memberi makan, dan menenangkan tangisnya. Mereka hidup dari hasil bertani sekadarnya, namun tak pernah berhenti mencurahkan cinta untuk cucu yang kini jadi pusat hidup mereka.

Andra tumbuh bukan dengan mainan atau sekolah, melainkan dengan doa yang tak henti dipanjatkan oleh kakek-neneknya: semoga ada keajaiban untuk cucu kecil mereka yang sejak lama hanya bisa menatap dunia dari atas kasurnya.
# dana yang terkumpul akan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari andra dan kakek neneknya
-
Anonymous Donasi RP. 35,000
-
Anonymous Donasi RP. 35,532
-
Par Donasi RP. 15,000